December 3, 2023
Boleh Music
Musicology What's New

Rayakan Satu Dekade, Irama Nusantara Gelar “Rangkaian Irama” Hadirkan Beragam Program

South Jakarta -Irama Nusantara menggelar “Rangkaian Irama” yang terdiri dari serangkaian program, mulai dari pameran arsip musik populer Indonesia, forum diskusi, pemutaran film, hingga pertunjukan musik. Acara ini digelar di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, selama sebulan penuh pada 16 September hingga 15 Oktober 2023. Gelaran ini sekaligus menandai perjalanan 10 tahun Irama Nusantara mengarsipkan musik populer Indonesia.

Sekilas tentang perjalanan Irama Nusantara, selama satu dekade ini mereka telah mengarsipkan 7.870 rilisan (tercatat hingga 17 Agustus 2023), mulai dari musik Indonesia era 1920-an hingga 2000-an. Secara konsisten Irama Nusantara melakukan digitalisasi rilisan musik Indonesia dari format shellac, piringan hitam atau vinyl, hingga kaset. Pengarsipan ini memungkinkan publik menelusuri kembali jejak musik Indonesia, sekaligus menjaga sejarah panjang dari apa yang pernah ada dalam industri musik kita. Sebanyak 5.292 rilisan atau sejumlah 48.434 lagu dapat diakses publik melalui situs iramanusantara.org.

“Ketika kami mendirikan Irama Nusantara tahun 2013, kami sangat yakin bahwa arsip merupakan salah satu kepingan vital yang kurang dari ekosistem ini. Selama bertumbuh di 10 tahun ini, berbagai obrolan hingga wacana bermunculan secara organik. Dari pendengar musik, kolektor, musisi, seniman, pegiat industri, hingga akademisi datang meramaikan aktivitas kami sehari-hari. Tidak jarang, arsip ini membantu menjembatani beberapa permasalahan, atau menghubungkan beberapa pihak yang sebelumnya tidak terhubung. Secara umum, arsip ini ternyata merangkai hal yang samar jadi lebih terpadu,” kata Dian Onno, Ketua Yayasan Irama Nusantara.

“Rangkaian Irama” menyajikan empat program utama, yaitu pameran arsip Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas, kongres Konferensi Ria: Arsip Nusantara, forum diskusi Bisik-Bisik Musik, dan festival musik Irama Berdendang. Keempat program ini memberi pengalaman menyelami dekade lampau kultur-pop Indonesia sekaligus memantik diskusi tentang apa saja yang menarik dan penting untuk keberlangsungan musik Indonesia.

Konferensi pers “Rangkaian Irama – Satu Dekade Irama Nusantara”( foto : istimewa )

 

 

Foto bersama ( foto : istimewa )

 

Pameran arsip Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas mengambil bingkai waktu tahun 1960 hingga 1969. Bisa dibilang, dekade ini adalah tonggak penting industri musik Indonesia. Pengunjung dapat melihat arsip yang dipamerkan dalam program ini selama sebulan penuh, mulai Sabtu, 16 September hingga Minggu, 15 Oktober 2023. Arsip Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas dipamerkan dalam tiga zona, yaitu zona yang memperlihatkan awal mula perkembangan industri musik populer Indonesia (pra 1960-an), kedua adalah zona yang memperlihatkan industri musik populer Indonesia di bawah kekuasaan Orde Lama (1960-1965), dan zona ketiga yang mengajak pengunjung menyelami potret industri musik populer di bawah kekuasaan Orde Baru (1966-1969).

Pengunjung juga bisa lebih dalam “mengalami” eksistensi budaya pop Indonesia era 1960-an lewat pemutaran film. Sejumlah film Indonesia pilihan dari dekade 1960-an akan diputar untuk umum setiap akhir pekan sepanjang pameran berlangsung dengan jadwal tanggal 17, 23, 30 September, dan 7 Oktober 2023, pukul 15:30, dan 14 & 15 Oktober 2023 pukul 12:30 dan 15:30, di Ruang Audio Visual, Museum Kebangkitan Nasional. Enam judul film yang akan diputar adalah Amor & Humor (1961, sutradara Usmar Ismail), Liburan Seniman (1965, sutradara Usmar Ismail), Di Balik Tjahaja Gemerlapan (1967, sutradara Misbach Yusa Biran), Bintang Ketjil (1963, sutradara Wim Umboh & Misbach Yusa Biran), Cheque AA (1966, sutradara Alam Surawidjaja), dan Big Village (1969, sutradara Usmar Ismail). Pemutaran film ini merupakan hasil kerja sama dengan Kineforum dan terbuka untuk umum dengan kapasitas 50 tempat duduk tiap sesi.

Program selanjutnya adalah Konferensi Ria: Arsip Nusantara yang digelar pada Sabtu, 14 Oktober 2023, pukul 10:00 hingga 17:00. Ini merupakan ruang temu dan berbagi pengalaman para pegiat arsip budaya populer dari seluruh Indonesia. Melalui program ini para pengarsip dapat mengenal ragam metode pengarsipan yang dilakukan para arsiparis dan komunitas sekaligus berjejaring. Program ini terbatas untuk para undangan yang terdiri dari para pegiat arsip budaya populer dari seluruh Indonesia.

Selanjutnya, program diskusi bertajuk Bisik-Bisik Musik yang dimaksudkan untuk mengangkat dialog terkait arsip musik populer Indonesia dari sudut pandang historis, industri, akademik, dan juga penggunaan Hak Kekayaan Intelektual. Beberapa topik yang dikemukakan dalam program ini antara lain “Mengakses Ingatan Musikal Lewat Arsip Visual,” “Arsip Inisiatif Kewargaan dan Kerja Komunitas,” “Menjaga Arsip Lokananta, di Masa Lalu, Kini dan Akan Datang,” hingga “Pengurusan HKI dalam Rilisan Ulang.” Sebanyak sembilan sesi akan digelar dalam program ini dan terbuka untuk umum. Bisik-Bisik Musik digelar pada 14 Oktober 2023, pukul 12:30 hingga 18:00, dan 15 Oktober 2023, pukul 10:00 hingga 17:00. Tiap sesi akan melibatkan pemateri dan narasumber yang berpengalaman dan berkompeten dengan topik-topik terkait.

Program keempat sekaligus terakhir dari “Rangkaian Irama” adalah ‘Irama Berdendang’ yang akan digelar pada 14 dan 15 Oktober 2023. Lebih dari 20 artis akan terlibat dalam pertunjukan musik dengan konsep tribute, cover-version, dan DJ set.

Beberapa para artis pengisi Irama Berdendang adalah Diskoria yang akan membawakan lagu-lagu ‘Disko Klasik Indonesia’, Nonaria membawakan lagu-lagu dari album ‘Sampul Surat Nonaria: Sebuah Persembahan untuk Ismail Marzuki’, Bangkutaman memainkan ‘Seleksi Pop ’70-an Indonesia’, Kurosuke membawakan lagu-lagu ‘Pop Kreatif Indonesia’, The Panturas yang akan mempersembahkan pertunjukan penghormatan kepada Eka Sapta, dan Kenang-Kenangan Roekiah oleh Louise Monique & Galabby Thahira. Seleksi musik-musik Indonesia juga akan dibawakan oleh para DJ atau selector seperti Dangerdope, Udasjam, Midnight Runners, Dua Sejoli, dan Alunan Nusantara.

“Melalui Rangkaian Irama ini, kami ingin memperlihatkan apa yang sudah kami kerjakan selama 10 tahun ini, dan memperlihatkan ke publik secara lebih luas bagaimana posisi arsip dalam ekosistem ini. Harapannya masyarakat bisa langsung merasakan fungsinya, dan menangkap pentingnya arsip, terutama di lingkup musik Indonesia. Sehingga kemudian semakin banyak orang yang tertarik untuk mengolah koleksi kami atau bahkan mungkin ikut berkontribusi,” ujar Gerry Apriryan, Program Manager Irama Nusantara.

“Rangkaian Irama” terbuka untuk umum. Pengunjung hanya dikenakan tiket masuk museum untuk menghadiri program program “Rangkaian Irama.”

Tentang Irama Nusantara

Irama Nusantara adalah yayasan nirlaba yang fokus pada pengarsipan digital musik populer Indonesia. Berdiri sejak tahun 2013, yayasan ini telah membuka seluruh akses ± 5000 arsip rilisan musik populer Indonesia secara bebas melalui website iramanusantara.org. Adapun, arsip tersebut berasal dari rilisan dekade 1920-an hingga 2000-an, serta berbagai media massa dan pustaka terkait lainnya. Hingga 17 Agustus 2023, Irama Nusantara telah menghasilkan arsip digital sebanyak 7870 rilisan.

Pengarsipan digital adalah upaya awal dari Irama Nusantara. Setelah 10 tahun berjalan, Irama Nusantara ingin memperlihatkan apa yang telah dikerjakan Irama Nusantara selama ini dengan bantuan kerja sama dari berbagai pihak, dan mengimplementasikan fungsinya secara nyata ke publik dalam sebuah rangkaian kegiatan.

 

LEMBAR FAKTA IRAMA NUSANTARA

● Irama Nusantara merupakan sebuah yayasan nirlaba yang fokus melakukan pengarsipan musik populer Indonesia

● Irama Nusantara didirikan pada tanggal 17 Agustus 2013, oleh Alvin Yunata, Christoforus Priyonugroho, David Tarigan, Dian Onno, Mayumi Haryoto, Norman Illyas, dan Toma Avianda.

● Hingga 17 Agustus 2023, Irama Nusantara sudah mengarsipkan 7870 rilisan musik populer Indonesia atau sekitar 70.000 lagu dari rentang tahun 1920-an hingga 2000-an.

● Seluruh koleksi arsip digital tersebut dapat diakses melalui situs iramanusantara.org yang sudah mulai beroperasi sejak tanggal 17 Agustus 2013. Sementara data yang sudah terunggah ke situs web sebanyak 5292 rilisan atau sejumlah 48.434 lagu.

● Di dalam situs ini, pengunjung dapat mengakses koleksi lagu yang sudah dikonversikan ke dalam versi digital dari rilisan-rilisan tersebut. Pengunjung dapat mendengarkan lagu-lagu tersebut, namun tidak dapat mengunduhnya. Lagu-lagu yang diunggah ke dalam situs sudah diformat dalam file audio dengan kualitas rendah untuk menghindari penyalahgunaan.

● Tahun 2014 Irama Nusantara ikut terlibat dalam acara yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf yaitu Pekan Produk Kreatif Indonesia.

● Pada tahun 2014 Irama Nusantara bekerja sama dengan Yayasan Hivos selama satu tahun untuk mengarsipkan 800 rilisan digital ke dalam koleksi situs Irama Nusantara.

● Pada tahun 2015 Irama Nusantara bekerja sama dengan Marketeers untuk program radio talk show.

● Sejak tahun 2016-2019, Irama Nusantara mendapat dukungan dari Badan Ekonomi Kreatif untuk program digitalisasi arsip rilisan musik populer Indonesia.

● Dengan dukungan Bekraf, di tahun 2017 Irama Nusantara dapat melakukan pengarsipan dari koleksi beberapa stasiun RRI di pulau Jawa, yaitu RRI Bandung, RRI Yogyakarta, dan RRI Jakarta. Selain itu, Irama Nusantara juga telah mengarsipkan sekiranya 300 rilisan dari koleksi piringan hitam shellac milik seniman (alm.) Haryadi Suadi.

● Selama 2017, Irama Nusantara Bersama Demokreatif melaksanakan program “Kata Pahlawan” di setiap bulannya, bersamaan dengan program Musik Bagus Day di Cilandak Town Square.

● Sejak 2018 hingga Oktober 2019, Irama Nusantara ditunjuk oleh Bekraf untuk menjadi steering committee dari Hello Dangdut, sebuah program pemasaran musik dangdut ke kancah internasional. Ruang lingkup yang dikerjakan adalah melakukan riset baik itu secara etnomusikologi dan riset pasar, serta membuat rancangan strategis mengenai pelaksanaan program tersebut. Di tahun 2019, program Hello Dangdut ini tampil pada SXSW Festival di Austin, Texas, dan mendapatkan animo yang tinggi dari para pengunjung internasional. Seluruh hasil riset dan usaha sosialisasi dapat dilihat pada situs hellodangdut.id dan akun Instagram @hellodangdut.id.

● Di tahun 2018 dan 2019, Irama Nusantara tetap aktif melakukan pengarsipan musik populer Indonesia dengan bersumber dari para pedagang musik di lantai bawah tanah Blok M Square.

● Pada tahun 2018, Irama Nusantara mulai merambah ke program pengarsipan media massa yang terkait dengan musik populer Indonesia dengan keberhasilannya mendigitalisasi majalah Aktuil (1967-1978), pada proses tersebut tersisa 14 edisi yang belum ditemukan sumbernya.

● Pada tahun 2018, Irama Nusantara didukung oleh Bekraf membuat sebuah anjungan digital (public display/totem) musik populer Indonesia dari masa ke masa yang ditempatkan di berbagai kegiatan dan acara berskala internasional seperti World Conference on Creative Economy 2018, IMF World Bank 2018, dan lain-lain.

● Di pertengahan tahun 2020, di masa awal pandemi CoVid-19, Irama Nusantara sempat mengalami krisis finansial. Beruntung dengan membuka kantong donasi, Irama Nusantara dapat bertahan dengan banyaknya dukungan dari rekan dan masyarakat luas di Indonesia.

● Pada tanggal 16 Juni 2021, Irama Nusantara dengan didukung oleh MLD Spot, merilis satu buah mini album bertajuk “Lagu Baru Dari Masa Lalu, Vol. 1”. Rilisan ini adalah yang pertama untuk Irama Nusantara dan merupakan sebuah kompilasi interpretasi ulang dari musisi generasi muda terhadap karya musik populer Indonesia di masa lalu.

● Di tahun 2021, Irama Nusantara, Norrm dan Binatang Press menerbitkan buku perdana dari program Printed Melodies. Buku dengan judul “Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas” ini membahas perjalanan industri musik populer Indonesia di era 1960-an.

● Pada tahun 2022, situs iramanusantara.org diperbaharui tampilannya dan menambah beberapa fitur baru untuk mempermudah pengunjung dalam proses penelusuran koleksi arsip Irama Nusantara.

● Pada tahun 2022, Irama Nusantara bersama David Novak, seorang akademisi Amerika Serikat mendapatkan pendanaan dari Orfalea Center – University of California Santa Barbara untuk melakukan riset tentang “Diggers: A Counterhistory of Global Popular Music”

● Sejak 17 Agustus 2023, menandai 10 tahun Irama Nusantara, situs iramanusantara.org diperbaharui dengan menambah fitur akun untuk meningkatkan interaksi antara Irama Nusantara dengan para pengunjungnya.

● Sepanjang tahun 2015-2023, Irama Nusantara menjadi tamu maupun pengisi acara pada program-program berikut:
o RRRECFEST 2014
o Jakarta Marketing Week 2015
o Jakarta Biennale 2015
o OK Video 2015
o Rolling Stone Indonesia’s 11 th Anniversary Party
o Seek-A-Seek Graphic Design Festival 2016
o Sony Santa Music Club 2016
o Catalyst Market 2016
o Local Fest 2015
o Sonido Singapura, Life is Beautiful, Singapura
o Dongeng Arus Pinggir Gramedia 2017
o Malam Gembira oleh Swaragembira 2017
o Soundrenaline 2017
o Konferensi Musik Indonesia 2018
o Kongres Kebudayaan Indonesia 2018
o NTS Live Broadcast from Jakarta
o ILOC 2019
o Pameran Jalur Rempah Nusantara 2021
o documenta fifteen 2022
o IPOH Music Simposium 2022
o Rrrecfest in the Valley 2022
o dan banyak lagi…

● Irama Nusantara saat ini mengelola beberapa contact point digital, yaitu:

o instagram: @iramanusantara
o X: @IramaNusantara
o facebook: facebook.com/yayasaniramanusantara
o YouTube: Irama Nusantara

(SPR)

Related posts

Tuntaskan Kerinduan, Iwan Fals & Band Gelar Konser Bertalu Rindu “Cinta”

Qenny Alyano

Mikha Angelo Rilis Versi Audio Konser ‘Amateur: Stage One (Live)’

Boleh Music

Billie Eilish Lepas Single Dan Video Animasi Baru “My Future”

Qenny Alyano