South Jakarta – Usai mengunjungi Jakarta bulan lalu, penyanyi, penulis lagu, dan multi-instrumentalis asal Inggris, Bruno Major, telah merilis video klip single “18” yang diambil dari album ‘Columbo’ (Harbour Artists & Music / AWAL Recordings).
Lagu “18” merangkum rasa kepedihan yang Bruno rasakan setelah ia kehilangan dua orang yang ia cintai karena mereka memilih untuk mengakhiri hidup mereka. Bruno bernyanyi “I’m twice the age you’ll ever be.” ["aku saat ini berumur dua kali dari umurmu dulu”]. Disutradarai oleh Tess Lafia yang juga telah berkolaborasi dengan Laufey, video klip “18” direkam secara one-take di hutan pinus penuh salju. Bruno berjalan di antara pepohonan sambil ia mengingat semua kenangan manis yang pernah ada seraya langit berubah dari gelap hingga terang.
“18” adalah satu dari 12 lagu di album terbaru Bruno, ‘Columbo’ yang merupakan kelanjutan dari album ‘To Let a Good Thing Die’ yang dirilis pada tahun 2020. ‘Columbo’ merupakan karya terbaik dan paling jujur dari Bruno hingga saat ini, bak sebuah buku autobiografi yang menampilkan beraneka ragam sound dari Bruno.
Agustus lalu Bruno menggelar tur Asia yang turut mengunjungi Jakarta. Tiket konser Jakarta Bruno terjual habis hanya dalam dua hari. Tentang konsernya di Manila, Esquire Philippines mengatakan, “ia mampu menggelar sebuah pertunjukan yang memukau”. Sementara Nylon Manila memuji, “ia telah kembali dan lebih baik dari sebelumnya.”
Talenta Bruno yang tak terpungkiri telah berhasil mengumpulkan lebih dari 1.4 miliar stream dengan lebih dari 2.4 juta stream setiap bulannya. Musiknya meraih sambutan hangat dari berbagai media internasional seperti Billboard, Rolling Stone, Hypebeast, dan sebagainya. Indonesia saat ini duduk di peringkat #1 dalam daftar negara-negara di seluruh dunia yang paling sering mendengarkan musiknya berdasarkan data streaming. Selain itu, Jakarta turut duduk di peringkat #1 dalam daftar Top Cities Global-nya.
Tentang album ‘Columbo’ dan Bruno Major
“Kreativitas adalah hal yang gila,” ujar Bruno Major dengan tatapan penuh ketidakpercayaan di matanya. “Rasanya seperti saat kita sedang memancing. Semakin jauh dari daratan, semakin besar ikan yang kita dapatkan, namun semakin sulit untuk kita kembali ke daratan,” lanjut Bruno. Perairan yang penuh ombak dan momen-momen genting mungkin mengancam nyawanya, namun semuanya berujung dengan hasil yang manis yaitu album ‘Columbo’ miliknya.
Pengalaman yang Bruno harus lalui untuk akhirnya menciptakan ‘Columbo’ sangat penuh dengan lika-liku. Saat pandemi COVID-19 terjadi pada awal 2020, Bruno tinggal di rumah keluarganya di Northampton, Inggris di mana ia tidak merasa kreatif. Hal itu berujung kepada sebuah krisis personal. Ia pun mulai berpikir tentang satu hal – apakah tujuannya dia hidup?
Saat aturan untuk bepergian akhirnya mulai dilonggarkan, Bruno akhirnya bertolak ke Los Angeles dan membeli sebuah mobil vintage Mercedes 380SL tahun 1978 berwarna putih ivory. Bruno penuh rasa tidak sabar untuk kembali melihat dunia. Setelah masa lockdown yang cukup ketat, Los Angeles menjadi sebuah kota yang kaya akan banyak hal. Bruno berpesta tiap malam dan menyambut semua kesempatan yang ada: “Aku minum banyak sekali, aku mengatakan ‘ya’ untuk semua hal.” ujar Bruno yang akhirnya menemukan dirinya di sebuah tempat di mana kebaikan dan kedengkian hidup berdampingan.
Suatu malam, minumannya dibubuhi sesuatu oleh orang lain. Namun Bruno terhindar dari mara bahaya berkat bantuan seorang teman. Di kesempatan lainnya, sebuah rasa ketakutan tiba-tiba menyelimuti Bruno dan ia tiba-tiba turun dari mobil Uber yang sedang ia naiki di tengah-tengah jalan tol karena ia menganggap bahwa dirinya sedang diculik. Manager Bruno pun kemudian datang menyelamatkannya. Meski Bruno kerap menggunakan kekacauan sebagai inspirasinya, kali ini ia melewati batas. Ia pun mulai merasa kehilangan jati dirinya. “Jika aku melihat ke belakang, aku hancur sekali saat itu.”
Suatu musibah kembali menimpa Bruno yang menjadi akhir dari mobil kesayangannya. Saat sedang berkendara di persimpangan Lower Grand, mobil Mercedes miliknya menabrak kendaraan lain. Mobil yang ia juluki ‘Columbo’ itu pun terkoyak, lengkap dengan uap yang mengepul dari kap mesinnya. Ia kemudian dibantu oleh seseorang dari bengkel mobil di seberang jalan. Ia pun membeli sebotol wiski Maker’s Mark dan duduk di pinggir jalan. Di sanalah melodi melankolis untuk ‘Columbo’ muncul. Inspirasi datang dari masa-masa terberat dan sejak hari itu semua inspirasi untuk album ‘Columbo’ pun mengalir tanpa henti.
Bruno Major tumbuh besar di Northampton, sebelum kemudian pergi ke London di awal 2010 untuk menempuh karir di dunia musik. Sebagai seorang penulis lagu, ia mengunggah penampilannya di SoundCloud dan berhasil meraih perhatian para A&R. Mereka kerap bertanya, “siapa penyanyi di lagu-lagu ini?”. Jawabannya adalah Bruno tentunya. Edukasinya di musik jazz membawa pengaruh dalam komposisi musik dan permainan gitarnya yang menawan. Uniknya, talenta Bruno dalam bernyanyi baru ia kembangkan saat ia berumur 22 tahun. Dia tidak menyadari bahwa suaranya membawa kehangatan seperti Nick Drake dan Chet Baker.

Ia pun bergabung dengan Virgin Records dan didanai untuk membuat sebuah album. Harapannya tinggi saat dia melakukan sesi studio dengan produser ternama Ethan Johns (yang telah berkolaborasi dengan Paul McCartney, Kings of Leon, Paolo Nutini), dengan sebuah band pendukung yang hebat, termasuk pemain bass ternama Pino Palladino, pianis Jason Rebello, dan drummer Jeremy Stacey. Namun, album ini ditolak oleh labelnya dan tidak pernah dirilis sama sekali. Bruno mengingat kembali pengalaman itu sebagai hal yang penting untuk karirnya saat ini: “Saya belajar cara membuat album,” katanya. “Meskipun aku dikeluarkan dari label rekamanku, fakta bahwa Ethan telah melihat sesuatu dalam diriku, dan Pino berpikir aku adalah musisi yang luar biasa…apa yang teman-temanku pikir tentangku jauh lebih mendalam dan instruktif.”
Bruno pun harus kembali dari nol. Ia kemudian duduk di dapur dengan sebuah mikrofon, gitarnya, dan mesin drum 808 untuk membuat sesuatu yang akhirnya menjadi fondasi dari album pertamanya, ‘A Song for Every Moon’, yang ia rilis pada 2017. Bruno merilis album keduanya, ‘To Let A Good Thing Die’, pada 2020 yang menampilkan lagu hit-nya, “Nothing”.
Jika album sebelumnya ditulis dengan piano, Bruno hanya menggunakan sebuah buku catatan, pena, dan sebuah gitar akustik dalam pembuatan album ‘Columbo’. “Aku menulis hampir semua lagu (di album ini) dengan cara seperti itu,” katanya. Proses penulisan lagu berlangsung selama enam bulan. Di masa itu ia kerap mendengarkan album konsep Arthur Shauf, ‘The Party’, musik dari Bach, dan karya-karya Billy Joel. Lalu ada Paul Simon, yang pengaruhnya terdengar di lagu “Columbo” lewat pola gitar yang rumit dan vokal yang penuh emosi. Bruno menganggap Simon sebagai “pahlawan” dan “musisi idola semua musisi”, yang dorongan hati dan komitmennya menjadi cetak biru untuk bagaimana ia ingin menjalani karirnya sendiri.
“Aku pada dasarnya adalah seorang penulis lagu dan hal tersebut membawa terus musikku,” jelasnya. Lirik harus memiliki substansi dan musik harus menyampaikan emosi dan perasaan. Dua hal itu sangat penting bagi Bruno. “Bagiku, keajaiban penulisan lagu adalah interaksi antara kata dan musik,” ujar Bruno. “Aku adalah seseorang yang perfeksionis dan aku sangat teliti: segala sesuatunya terlalu dipikirkan, diedit dan diutak-atik, dan itu memakan waktu yang sangat lama.”
Bruno dan rekan kolaboratornya Finlay Robson aka. Phairo memproduksi album ini selama setahun. Kekacauan yang memicu penulisan ini diimbangi dengan kenyamanan proses rekaman di tempat yang familiar: kamar tidurnya yang telah diubah menjadi sebuah studio. Ketika mereka selesai, Bruno memutuskan untuk menamai albumnya dengan nama Mercedes-nya yang telah hancur. Alasannya sederhana, dan juga kuat: “mobil itu, lebih dari lagu lainnya, mewakili keseluruhan perasaan dan periode penulisan album ini,” ujarnya.
‘Columbo’ dimulai oleh lagu “The Show Must Go On,” dengan piano lembut yang dilanjutkan dengan drum dan gitar yang memberikan nuansa nyaman seperti pada lagu Neil Young, “Out on the Weekend.” Di lagu itu, Bruno bernyanyi ‘If you’re always putting on a show/You lose yourself before you know’. “Ini adalah lagu satu-satunya yang fokus kepada sudut pandang pribadiku.” ujarnya.
Sedangkan “Tell Her” dipenuhi nuansa R&B, dan single menyentuh, “Tears in Rain”, merupakan lagu yang ia dedikasikan untuk neneknya. Lagu tersebut membahas pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat ia tanyakan. Rasa penyesalan ia sampaikan di lagu itu seraya ia menunggu hari mereka dapat bertemu kembali suatu hari nanti. Sementara itu, “18” menggambarkan emosi penuh konflik tentang dua temannya yang meninggal karena bunuh diri 16 tahun yang lalu.
“We Were Never Really Friends” adalah tentang hubungan yang rusak, sedangkan “You Take the High Road” mengingatkan kita akan jiwa Elliott Smith dengan vokal dan gitar yang khas. “Trajectories” merupakan kelanjutan dari lagu “Places We Don’t Walk” dari album keduanya. “Trajectories rasanya seperti kepingan terakhir dari sebuah trilogi,” ujar Bruno. “The End” menutup album ini dengan karya yang terinspirasi dari Queen dan Brian May.
“Sesuatu yang berhasil aku capai melalui ‘Columbo’ lebih dari album-albumku sebelumnya, yaitu aku berhasil mengekspresikan sepenuhnya apa yang ingin aku sampaikan. Album ini membahas hubunganku dengan orang-orang dan berbagai hal lain, dan menjadi seperti sebuah diagnosis untuk diriku.”
Bruno merasa bahwa semua jalan menuju ke pembuatan album ‘Columbo’: “Aku telah mengabdikan diriku pada seni sepanjang hidupku,” katanya. “Aku selalu fokus dengan musikku sejak umur tujuh tahun, baik itu gitar, jazz, menulis lagu, maupun memproduksi musik. Album ini terasa seperti alasan aku melakukan semua itu, dan aku sangat bangga dan damai dengan hasil dari album ini. Aku merasakan rasa damai yang belum pernah aku rasakan sebelumnya karena akhirnya aku telah melakukan apa yang menjadi hutangku pada diriku sendiri.” cerita Bruno.
‘Columbo’ merupakan pernyataan Bruno yang jujur dan berani yang memberikan seluruh dirinya untuk musik. Sebuah karya dari musisi yang berani mengambil risiko dan terus membumi.

Daftar lagu album ‘Columbo’:
1. The Show Must Go On
2. Tell Her
3. Columbo
4. We Were Never Really Friends
5. When Can We Be
6. A Strange Kind Of Beautiful
7. You Take The High Road
8. 18
9. Tears In Rain (for Granny)
10. St. Mary’s Terrace
11. Trajectories
12. The End